Minggu, 15 Desember 2013

Makalah Karate


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Karate Indonesia
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo. Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu dan SHINDOKA.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.

B. Tujuan 

• Dapat mengetahui Tentang Karate
• Dapat mengetahui peraturan Karate

C. Rumusan Masalah
• Mengetahui cara cara melakukan pertandingan karate
• Mengetahui tata cara karate
• Bagai mana peraturan karate

D. Batasan masalah
Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada karate indonesia
BAB II

A. Pengertian Karate


Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar. Variasi belaan juga adalah lebih kepada kaedah mudah yang mana apabila difikirkan secara mudah, karate adalah satu seni yang ringkas dan lebih berpandukan kepada konsep 'tinju' teratur. Pandangan inilah yang menjadi faktor kesilapan kepada persepsi seni karate itu sendiri.
B. karate
Kempo boleh dikenali dengan penggunaan tangan melurus kehadapan tanpa kekuda menepi dimana setiap kaki yang menjadi kekuda (stance) adalah membuka dari hadapan ke belakang dengan jarak yang kecil. Kedudukan menyerang ini amat merbahaya kerana membolehkan pengamalnya bergerak dan mengubahgerak kepada 9 arah berbeza yang hanya boleh dilakukan dengan kaki yang berdiri tegak sahaja. Kebiasaannya, kedudukan tangan adalah membengkok menghala kehadapan dan mudah untuk menyerang.
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang mutlak.
Konsep 'Zen' amat dipraktikkan oleh pengamal seni kempo dimana merosakkan bahagian yang digunakan untuk menyerang. Antara tumbukan yang merbahaya adalah 'tumbukan iai' iaitu tumbukan angin dimana ianya digunakan untuk memecahkan dibahagian dalam berbanding merosakan bahagian luar. Oleh itu, konsep karate lama ini amat sesuai digunakan bagi menentang pakar-pakar Muay Thai yang mempunyai tulang dan anggota badan yang kuat dan keras.
Kedudukan tegap dan berubah mengikut arah juga amat sesuai bagi menentang sebarang seni beladiri yang berbentuk kuncian dan tempur jarak dekat. Kaedah untuk menyerang juga teleah disusun agar dapat digunapakai secara meluas lagi berkualiti bagi memastikan agar sebarang serangan dibuat kepada seni beladiri yang berbentuk menanti dapat ditangani dengan berkesan. Humbanan juga dapat dikekang dengan mudah dan memang diketahui oleh pengasas seni aikido seperti morehei usheiba mengetaui mengenai perkara ini dan satu perjanjian dibuat bagi menghormati keharmonian seni beladiri jepun dan sebarang pergaduhan antara pengamal kedua-dua pihak haruslah disimpan dan dielakkan sama sekali.


1. Teknik Karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
1. Kihon
Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
2. Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
2. Kumite
Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
3. Luas Lapangan
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya. 



Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.

Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya. Ramai pengamal karate tidak mengetahui bahawa di dalam karate, seni dan pergerakan yang ditawarkan adalah jauh lebih hebat dan unik daripada apa yang dipamerkan dewasa ini. Padahal karate adalah sebuah seni bela diri yang harus terus dijaga keasrianya



BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan 

Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang mutlak. Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya



B. Saran

Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari gangguan orang lain. 

Makalah Tenis Meja

a.         Latar Belakang


Pentingnya olahraga dirasakan oleh manusia dalam aktivitasnya sehari-hari sehingga semua laporan masyarakat ikut serta didalamnya. Olahraga banyak macamnya salah satu diantaranya olahraga bidang tenis meja. Tenis meja merupakah salah satu cabang olahraga yang banyak penggemarnya, tidak terbatas pada tingkat usia remaja, tetapi juga anak-anak dan orang tua, pria atau wanita cukup besar peminatnya. Hal ini disebabkan karena olahraga yang satu ini tidak terlalu rumit untuk diikuti.

Pada dasarnya olahraga tenis meja merupakan olahraga yang berskala internasional, banyak negara yang ikut berperan dalam olimpiade atau pesta olahraga dunia, bahkan pada tahun 1977 kurang lebih 75 negara ikut bertanding di Bermingham (Inggris)..

b.          Pembatasan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam pembuatan atau penyusunan makalah ini ditemukan beberapa rumusan masalah sebagaimana dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara orang bisa mengetahui tentang tenis meja ?
2. Bagaimana sejarah tentang tenis meja ?
3. Bagaimana cara orang mengetahui apa saja perlengkapan tenis meja ?
4. Bagaimana cara orang mengetahui peraturan tenis meja ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara orang mengetahui tentang tenis meja.
2. Untuk mengetahui sejarah tentang tenis meja
3. Untuk mengetahui tentang perlengkapan tenis meja
4. Untuk mengetahui peraturan tenis meja
 BAB II
PEMBAHASAN
PERALATAN DAN FASILITAS TENIS MEJA


A.    Pengertian Tenis Meja
Hampir setiap orang pernah bermain tenis meja sesekali dalam hidupnya telah dicobanya bermain pingpong, entah untuk mengisi waktu dikala senggang, entah sebagai pelampiasan rasa ingin tahu saja. Tujuannya hanyalah satu dua game, mencoba set tenis meja yang baru diterimanya sebagai hadiah ulang tahun atau hari natal. Dipasangnya pun di atas meja makan ! Ada juga yang mengikuti pertandingan pingpong secara lebih mendalam.

Tenis meja adalah suatu cabang olahraga yang tidak mengenal batas umur, anak –anak maupun orang dewasa dapat bermain bersama. Dapat dianggap sebagai acara rekreasi, dapat juga dianggap sebagai olahraga atletik yang harus ditanggulangi dengan bersungguh-sungguh. Tetapi kalau kita ingin menguasai pingpong sebagai olahraga, maka mau tak mau kita harus mempelajari dan memahami berbagai stroke (pukulan) yang ada, kita harus menguasai juga berbagai style permainan yang utama, tak mungkin bermain pingpong dengan baik tanpa mengetahui dasar-dasar ini.
Tenis meja merupakan salah satu abang olahraga yang banyak penggemarnya, tidak terbatas pada tingkat usia remaja saja, tapi juga anak-anak dan orang tua, pria dan wanita cukup besar peminatnya, hal ini disebabkan karena olahraga yang satu ini tidak terlalu rumit untuk diteliti..
B.  Sejarah Tentang Tenis Meja
Pada mulanya tenis meja dianggap sebagai permainan yang lucu dan kurang menarik, karena mulanya seorang gadis dan seorang pemuda memukul bola plastic kecil melintas di atas net ( yang selanjutnya disebut pingpong). Pada perkembangan selanjutnya dari hasil latihan sampai terampil dalam bermain bola pingpong itu dapatlah ditentukan bahwa tubuh merupakan subjek yang harus melewati latihan khusus dan intensif, serta harus mampu memukul bola lebih dari 100 mph dan harus dapat menguasai bola itu sendiriPada saat tenis meja merupakan ukuran olahraga prestasi internasional, selebih bertahun selama 30 tahun menjadi ukuran prestasi nasional. Pertandingan tenis meja diselenggarakan di London tahun 1926, yang semata-mata merupakan kompetisi antara 7 negara dan selanjutnya diikuti oleh 34 negara. Tahun 1930 Inggris mampu mendapat unggulan, yakni Fred Derry yang memenangkan kejuaran tunggal Wimbolden pada tahun 1928 – 1929. Sukses yang diperoleh Eropa Timur, membuat nama Viktor Barna dari Richard Bergmann menjadi tokoh legendaris. Barna sendiri menjadi raja tenis meja selama 16 tahun dalam nomor tunggal dan ganda.Setelah Perang Dunia II, tenis meja mengundang simpati dan mempesonakan setengah dari benua Eropa. Hungaria dan Cekoslawakia menghasilkan pemain–pemain kaliber dunia serta memperkenalkan teknik permainan yang maju dan lebih maju.
C. Perlengkapan Tenis Meja
1. Bet atau Raket
Bet merupakan alat utama untuk memukul bola pada tenis meja. Pada mulanya dipakai busa atau spon, kemudian mengalami perubahan pada masa 30 tahun terakhir. Alat pemukul bola pada tenis meja ( bet atau raket) semakin disederhanakan. Bet – bet terbuat dari bahan – bahan lunak dengan postur bundar, dan terbuat dari karet. Dengan adanya karet sintetis tersebut didapatkan bet seperti yang dipakai Barna, Bergmann dan Leach. Bet yang dilapisi karet tidak saja memberi kecepatan penuh, tetapi juga memberi kesempatan kepada para pemain mengembangkan gaya permainannya yang akurat, penuh kehalusan dan teknik yang meliputi segalanya. Bola akan berputar-putar membingungkan pandangan pada keepatan prima. Pukulan semacam itu, harus sudah menyatu dalam perlengkapan tenis bagi pemain kaliber dunia.
2. Bola
Secara tradisional bola –bola dibuat dari bahan celluloid dan pada perkembangan selanjutnya bola disempurnakan menjadi superbal yang terbuat dari serpihan plastik. Namun demikian terdapat kesulitan pada daya pantul yang tidak dapat diandalkan. Dengan bola –bola yang dihasilkan secara tradisional, tidak lagi merupakan personal bagaimana gigihnya menjatuhkan lawan, tetapi bagaimana cara dan menghindari agar supaya tidak mengikuti irama permainan lawan, sedangkan dengan menggunakan superbal, sesuai 3 -4 kali permainan bola akan tetap licin dan sukar mengendalikannya. Hampir semua pemain tenis meja dunia menola bola jenis ini karena tidak dapat memberikan kesempatan baik pada set-set yang tidak diduga.
3. Pakaian
Pilihlah kaos yang sesuai dengan postur tubuh anda, sehingga memberi kenyamanan. Jangan memilih kaos yang menyebabkan suasana panas dan dingin, pakailah kaos yang benar-benar sesuai dan memberi kenyamanan bagi tubuh.Sebelum mulai pertandingan suatu turnamen, pemanasan tubuh adalah penting, beberapa tempat permainan di dunia internasional, kadang –kadang terlalu dingin. Untuk itu dibutuhkan kaos rangkap dan atau tiga untuk menghindarkan dari kejang-kejang atau kedinginan.
4. Meja TenisMeja
yang baik adalah meja yang mempunyai ukuran sebagai berikut ;
Panjang : 2,74 meter
Lebar   : 1,52 meter
Panjang net : 1,83 meter
Tinggi:76cm
Warna meja yang ideal adalah hijau dengan garis-garis batas berwarna putih dan lebar
2 cm.
5. Net
Net ini berfungsi sebagai pembagi mesin menjadi dua bagian yang sama luasnya. Di kiri kanan meja dipasang dua tiang penyangga ukuran 15 sampai 25 cm, tingginya dan berjarak 15 sampai 25 dari garis pinggir. Tiang penyangga ini berguna untuk mengikatkan tali penopang net tersebut.Tinggi net berkisar antara 15 sampai 25 cm di atas permukiman meja, sedangkan bagian bawahnya harus dipasang sedekat mungkin dengan permulaan meja tersebut.
D. Peraturan Tenis Meja
1. Mejaa.
a. Permukaan atas meja yang secara umum diistilahkan sebagai ” Playing surface” harus berbentuk segi empat dengan ukuran panjang 2,74 meter dan lebar 15,25 meter. Permukaan ini harus terletak horisontal pada ketinggian 760 mm di atas lantai.

b. Permukaan atas meja dapat terbuat dari material apapun juga, asalkan kemungkinan pantulan bola setinggi 220 sampai 250 mm dengan menggunakan bola standar (sebaiknya yang jenis medium) dan dijatuhkan dari ketinggian 305 mm dari atas permukaan meja.

c. Permukaan meja ini harus berwarna gelap, kalau mungkin hijau tua. Permukaan meja initidak boleh berkilat dan dibatasi dengan garis putih sebesar 20 mm di semua sisinya.

1) Garis putih yang membatasi lebar permukaan meja sepanjang 1,525 meter akan diberi nama ” batas akhir” (endlines)
2) Garis putih yang membatasi panjang permukaan meja sepanjang 2,74 meter akan diberi nama ” batas sisi” ( side lines)
d. Bagi permainan ganda, permukaan meja ini akan dibagi menjadi dua bagian dengan garis putih selebar 3 mm. Garis tengah ini pararel dengan batas sisi dan akan diberi nama ” batas tengah” ( centre line). Batas tengah yang sudah digambarkan secara permanen ini tak perlu dihapus apabila meja hendak dipakai untuk permainan tunggal.
2. Net
a. Permukaan meja akan dibagi menjadi dua sisi dengan ukuran yang sama dengan perantaraan sebuah ” jaring” (net) yang pararel dengan batas akhir meja tersebut.
b. Net ini akan ditegangkan oleh tali yang diikat pada kedua belah sisi pada sebuah tiang penyangga setinggi 152,5 mm, sedangkan batas sisi dari kedua tiang penyangga harus berjarak 152,5 mm dari batas sisi permukaan meja.
c. Panjang net itu, beserta perpanjangnya di sisi kanan dan kiri harus berukuran : panjang 1.83 m sedangkan seluruh panjang tersebut, terhitung dari ujung atas net, harus berjarak 152,2 mm di atas permukaan meja.
3. Bola
a. Bola harus berbentuk bulat, dengan diameter minimum 37,2 mm dan maksimum 28.2 mm.
b. Berat bola minimum harus 240 gram dan maksimum 2.54 gram.
c. Bola ini harus terbuat dari selulosa atau plastik lainnya yang sejenis dan harus berwarna putih atau king tanpa ada efek berkilat ( harus suram).
4. Bet atau raket
a. Ukuran raket bebas, demikian juga bentuk dan beratnya.
b. ”Blade” ( bagian raket yang bundar, dengan maka kita memukul bola) harus terbuat dari kayu seluruhnya, rata tebalnya , datar dan kaku.
c. Bagian permukaan dari setiap sisi black tersebut, dipakai ataupun tidak dipakai untuk memukul bola.
BAB III
TEKNIK DASAR PERMAINAN TENIS MEJA


Pada pokoknya teknik dasar permainan tennis meja dapat dibedakan menjadi :
1.      GRIP
2.      STANCE
3.      STROKE
4.      FOOTWORK

1.      GRIP
Grip atau pegangan merupakan factor yang sangat penting dalam hamper semua permainan yang menggunakan racket/pemukul. Cara memegang racket inilah yang akan menentukan teknik permainan dan cara mengembangkan permainan. Jika sejak semula cara memegang bet sudah salah, kemungkinan permainan tersebut akan menghadapi kesulitan dalam mempelajari teknik-teknik permainan selanjutnya.
Dalam permainan tennis meja pegangan atau grip telah menimbulkan perdebatan bagi para pelatih/ coach dan atlit, pegangan mana yang baik diantara dua pegangan yang sering digunakan dalam permainan tennis meja, yaitu :
·   Shakehand grip dan
·   Penhold grip
Bagi para pemula tiap grip mempunyai paling sedikit dua variasi grip, yaitu grip untuk pukulan forehand dan grip untuk pukulan backhend, untuk mereka yang ingin meningkatkan prestasi ke jenjang yang legih tinggi cara ini kurang efisien. Sedikit sekali kesempatan untuk mengganti-ganti.

1.       DRIVE .
Drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serang ke atas dan sikap bet tertutup. Besarnya sudut yang diakibatkan oleh gerakan kemiringan bet bervareasi sesuai dengan arah jatuhnya bola, putaran bola yang dating dari lawan dan tujuan dari pemukul drive (driver) itu sendiri. Drive dapat digunakan sebagai pukulan serangan atau dapat juga kitakontrol sesuai dengan keinginan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik drive :
1.     Perhatikan arah jatuhnya bola dan segera mengambil posisi sesuai dengan arah jatuhnya bola tersebut.
2.     Ambil posisi side stance, pandangan mata terus mengikuti lainnya bola.
3.     Dengan bergerak maju atau mundur ke samping bet menyentuh atau mengenai bola pada waktu bola berada pada titik ketinggiannya, pukulan diperkuat dengan perputaran tubuh dari tungkai dan kaki, dan pinggang ke atas.
4.     Lanjutan gerakan lengan setelah perkenaan pada bola (follow through), sampai bet berada di samping kiri depan kepala. (untuk pukulan tangn kanan), dan sebaliknya untuk pukulan tangn kiri.
5.     Kembalikan ke posisi siap sedia, siap menerima pengembalian bola berikutnya.
6.     Untuk backhend drive posisi kakinya lebih terbuka sedikit dibandingkan dengan forehand driv.
Teknik pukulan drive dapat dimainkan pada setiap zone 1 meter, zone 2 meter, zone 3 meter, juga dapat dimainkan di atas meja. Teknik drive dapat dilakukan dari gerakan yang perlahan sampai dengan yang tercepat. Panjang pendeknya pukulan drive tergantung dari zone tempat kita bermain.semakin jauh dari meja, semakin panjang strokenya.
Teknik pukulan drive yang dilakukan di atas meja atau zone 1 meter dapat menggunakan kecepatan yang bervareasi, cepat,sedang atau lambat, (fast, medium, slowa), juga jenis strokenya dapat panjang, medium atau pendek. Tetapi pemain yang beada pada zone 2 meter atau zone 3 meter, sebaiknya mempergunakan kecepatan yang medium atau cepat dengan jenis stroke yang medium atau panjang.
Deskripsi gerakan forehand drive.
Kaki kiri di depan, kaki kanan di belakang (bagian pemain tengah kanan, sedang pemain tangan kiri sebaliknya). Badan menyerongke kanan ± 45 derajat lutut dibengkokan. Bet ditarik ke samping belakang. Kepala bet menghadap serong ke tengah dengan lengan agak ke bawah. Pergelangan tangan tidak dibengkokan.
Posisi tersebut di atas dilakukan pada saat bola lawan menuju ke arah pemukul. Kemudian lengan diayun ke depan kiri atas dengan menggesek bagian belakang bola untuk bola kosong dan dengan menggesek bagian bawah bola untuk bola isi . agar bola berjalan dalam suatu gerak lengkung melewati net kea rah lawan. Pergelangan tangan ikut membantu menggesek bola ke atas, hingga bet berhenti disamping kiri atas kepala.

2.       CHOP
Chop adalah teknik memukul bola dengan gerakan seperti menebang pohon dengan kapak atau disebut juga gerakan membacaok.
Pada pukulan chop yang normal, sudut rata-rata bet adalah 45 derajat (terbuka) dengan gerakan miring dari atas ke bawah. Pukulan chop bias digunakan untuk mengembalikan bola yang bermacam-macam putaran seperti ; backspin, topspin, atau sidespin. Chop itu sendiri dapat dilakukan di atas meja ataupun diluar meja. Chop diatas meja hamper mirip dengan gerakan push, hanya bedanya kalau dalam push gerakannya horizontal, sedangkan pada chop gerakannya diagonal dari atas ke bawah (yang normal akan membentuk sudut ± 45 derajat). Chop di luar meja biasanya lebih dikenal sebagai defensive strokes, khususnya untuk menerima bola-bola topspin.

3.       SERVICE
Service adalah teknik memukul untuk menyajikan bola pertama ke dalam permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola tersebut, ke meja service, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya memantulkan di meja lawan. Ketentuan lainnya tentang service ada dalam peraturan permainan tennis meja.
Gerakan atau putaran yang diberikan pada bola bias bermacam-macam, misalnya : forehand, backhand, backspin, topspin, sidespin, atau kombinasi dari ketiganya.
  
BAB IV
KESIMPULAN


Beberapa sumber mengatakan bahwa permainan tennis meja berasal dari inggris. Permainan ini berasal dari permainan tennis kuno pada abad pertengahan dengan nama seperti “Gossima” dan “Whiff-whiff”. Permainan ini dikembangkan antara lain oleh angkatan bersenjata inggris yang berkedudukan di India.
Peralatan dan fasilitas tennis meja terdiri dari : alat  pemukul (bet), meja, seperangkat jarring, bola, ruangan.
Pada pokoknya teknik dasar permainan tennis meja dapat dibedakan menjadi :
  1. GRIP
  2. STANCE
  3. STROKE
  4. FOOTWORK
Grip atau pegangan merupakan factor yang sangat penting dalam hamper semua permainan yang menggunakan racket/pemukul
Drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serang ke atas dan sikap bet tertutup
Chop adalah teknik memukul bola dengan gerakan seperti menebang pohon dengan kapak atau disebut juga gerakan membacaok.

Service adalah teknik memukul untuk menyajikan bola pertama ke dalam permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola tersebut, ke meja service, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya memantulkan di meja lawan. Ketentuan lainnya tentang service ada dalam peraturan permainan tennis meja.

Contoh RPP 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : S M P N /MTs
Kelas/Semester : VII / 1 (Ganjil )
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Tema/Topik : Teknik Dasar Bola voli
Pertemuan ke : ............
Waktu : 2 x 40 menit ( 1 x pertemuan )
A. Kompetensi Inti :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agam yang dianut.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar :
1.1 Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang dianut dalam melakukan aktivitas jasmani,
permainan, dan olahraga.
2.1 Berperilaku sportif dalam bermain.
2.6 Disiplin selama melakukan berbagai aktivitas fisik.
3.3 Memahami pengetahuan modifikasi teknik dasar permainan bola besar.
4.1 Mempraktikkan modifikasi teknik dasar permainan bola besar dengan menekankan gerak dasar
fundamentalnya
HO-3.1-2
C. Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Melakukan doa sebelum memulai pembelajaran .
2. Menunjukkan sikap sportif dalam bermain.
3. Menunjukkan sikap disiplin selama mengikuti pembelajaran .
4. Melakukan teknik dasar passing bawah bola voli .
5. Menjelaskan teknik dasar passing bawah bola voli.
D. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Melafalkan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Menunjukkan sikap sportif dalam bermain.
3. Menunjukkan sikap disiplin selama mengikuti pembelajaran.
4. Melakukan sikap awal passing bawah bolavoli dengan benar
5. Melakukan sikap perkenaan bola pada passing bawah bolavoli dengan benar
6. Melakukan sikap akhir pasing bawah bolavoli dengan benar.
7. Menjelaskan sikap awal passing bawah bolavoli dengan benar.
8. Menjelaskan sikap perkenaan bola passing bawah bolavoli dengan benar.
9. Menjelaskan sikap akhir passing bawah bolavoli dengan benar.
E. Materi Pembelajaran :
1. Passing bawah bola voli.
Passing dalam permainan bolavoli adalah usaha atau upaya seorang pemain bolavoli dengan
cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang
dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri.
Elemen dasar bagi pelaksanaan operan lengan depan atau passing bawah yang baik adalah: a).
Gerakan mengambil bola. b). Mengatur posisi. c). Memukul bola dan d). Mengarahkan bola
kearah sasaran.
1) Persiapan (Sikap awal)
(a) bergerak kearah bola dan atur posisi tubuh
(b) genggam jemari tangan
(c) kaki dalam posisi meragang dengan santai, bahu terbuka lebar
(d) tekuk lutut, tahan tubuh dalam posisi rendah.
(e) bentuk landasan dengan lengan
(f) sikut terkunci
(g) lengan sejajar dengan paha
(h) pinggang lurus
(i) pandangan kearah bola
Gb. 1 Gerakan persiapan passing bawah
2) Pelaksanaan (Perkenaan bola)
(a) menerima bola di depan badan
(b) sedikit mengulurkan kaki
(c) berat badan dialihkan kedepan
(d) pukulah bola jauh dari badan
(e) pinggul bergerak ke depan
(f) perhatikan bola saat menyentuh lengan
Gb. 2 Gerakan pelaksanaan passing bawah
3) Gerakan Lanjutan (Sikap akhir)
(a) jari tangan tetap digenggam
(b) sikut tetap terkunci
(c) landasan mengikuti bola kesasaran.
(d) pindahkan berat badan arah kesasaran
(e) perhatikan bola bergerak kesasaran
Gb. 3 Gerakan lanjutan passing bawah
F. Metode Pembelajaran.
1. Pendekatan: saintifik (scientific)
2. Metode: penugasan.
G. Kegiatan Pembelajaran.
KEGIATAN DISKRIPSI WAKTU
Pendahuluan
· Berbaris, berdoa, presensi, dan apersepsi
·Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran
· (alokasi waktu ini sudah memperhitungkan waktu
peralihan dari mapel lain)
15 menit
Inti
· Pemanasan dengan pendekatan bermain lempar
tangkap bola besar serta peregangan statis dan dinamis.
· Guru mendemonsrasikan gerakan passing bawah dengan
bantuan beberapa peserta didik
· Peserta didik mengamati gerakan yang dilakukan oleh
guru
· Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya tentang
gerakan yang di demonstrasikan oleh guru
· Peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba gerakan
yang di demontrasikan oleh guru yaitu teknik dasar
passing bawah dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
45 menit
· Melakukan pasing bawah dengan diawali dengan bola
dipantul teman di tempat dan setelah mantul lantai
bola didorong dengan dua lengan (perorangan)
· Melakukan pasing bawah diawali bola dilambung teman
di tempat dilanjutan sambil berjalan ke depan dan
gerak menyamping kanan dan ke kiri (perorangan) .
· Melakukan pasing bawah secara langsung
berpasangan, berkelompok, membentuk formasi
lingkaran, berbanjar atau segi
· Teknik dasar (pasing bawah) dengan rincian kegiatan
sebagai berikut:
· Melakukan pasing bawah dengan cara mendorong
bola di awali bola dilambung sendiri di tempat lalu
di tangkap dilanjutan sambil berjalan ke depan
(perorangan)
§ Melakukan pasing bawah dengan diawali dengan bola
dilambung di tempat dan setelah mantul lantai bola
didorong dengan dua lengan (perorangan)
§ Melakukan pasing bawah sambil berjalan dan gerak
menyamping kanan dan ke kiri (perorangan)
· Strategi pelaksanaan dengan menggunakan model
resiprokal/timbal-balik
· Guru mengatur siswa menjadi 4 kelompok
· Guru membagikan bahan ajar, yang berisi deskripsi
tugas dan indikator tugas gerak kepada setiap
kelompok.
· Siswa mempelajari tugas gerak dan indikator
keberhasilannya
· Siswa membagi tugas, siapa yang pertama kali
melakukan teknik dasar passing bawah seterusnya
dilakukan secara bergantian sampai semua anggota
kelompok melakukan passing bawah dan yang lain
menjadi pengamat
· Siswa melaksanakan tugas gerak, dan menampilkan
gerak sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
Penutup
· Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses
pembelajaran, berdoa dan bubar (alokasi waktu ini
sudah memperhitungkan persiapan mengikuti mapel
lain)
· Melakukan refleksi dengan tanya jawab kepada peserta
didik
· Menarik kesimpulan dari hasil pembelajaran
20 Menit
H. Sumber Belajar
- Ruang terbuka yang rindang, datar dan aman
- Bola, cone, rompi
- Buku teks
- Buku referensi, Roji, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas VII, Jakarta : Erlangga
- Lembar Kerja Proses Belajar, Roji, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Jakarta :
Erlangga
-
F. Penilaian
1. Teknik penilaian:
- Tes unjuk kerja (keterampilan):
Lakukan teknik dasar passing
Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai
dengan 4
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai =
Jumlah skor maksimal
- Pengamatan sikap (sikap):
Selama proses pembelajaran guru mengamati sikap yang muncul pada saat anak melakukan
aktivitas di dalam kelas. Sikap yang diharapkan selama proses pembelajaran, yaitu mentaati
aturan permainan, kerjasama dengan teman satu tim dan menuunjukkan perilaku sportif,
keberanian, percaya diri dan menghargai teman
Keterangan:
Berikan tanda cek ( √ ) pada kolom yang sudah disediakan, setiap peserta ujian menunjukkan
atau menampilkan perilaku yang diharapkan. Tiap perilaku yang di cek
( √ ) memdapat nilai 1
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai =
Jumlah skor maksimal
- Kuis/embedded test (pengetahuan):
Jawab secara lisan atau peragakan dengan baik, pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep
gerak dalam permainan bolavoli
Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas jawaban peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai
dengan 4
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai =
Jumlah skor maksimal
- Nilai akhir yang diperoleh siswa =
Nilai tes unjuk kerja (keterampilan) + nilai observasi (sikap) + nilai kuis
(pengetahuan) =
Nilai maksimal ( 16+5+8 )

2. Rubrik Penilaian
RUBRIK PENILAIAN
UNJUK KERJA TEKNIK DASAR PERMAINAN BOLAVOLI
Aspek Yang Dinilai
Kualitas Gerak
1 2 3 4
Melakukan Teknik Dasar Passing Bawah
1. Posisi kedua lutut saat akan melakukan pasing bawah direndahkan
2. Bentuk gerakan lengan saat melakukan pasing bawah mendorong
bola ke depan atas
3. Posisi badan yang benar saat akan melakukan pasing bawah dalam
permainan bolavoli
4. Bentuk arah bola hasil pasing bawah dalam permainan bolavoli
berbentuk parabola
JUMLAH
JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 16
RUBRIK PENILAIAN
SIKAP/PERILAKU DALAM PERMAINAN BOLAVOLI
PERILAKU YANG DIHARAPKAN CEK (√ )
1. Bekerja sama dengan teman satu tim
2. Keberanian dalam melakukan gerakan (tidak ragu-ragu)
3. Mentaati peraturan
4. Menghormati wasit dan pemain (sportif)
5. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam bermain
JUMLAH
JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 5
RUBRIK PENILAIAN
PEMAHAMAN KONSEP GERAK DALAM PERMAINAN BOLAVOLI
Pertanyaan yang diajukan
Kualitas Jawaban
1 2 3 4
1. Bagaimana posisi kedua lengan saat kamu pasing bawah dalam
permainan bolavoli ?
2. Bagaimana posisi kedua telapak tangan saat kamu pasing bawah
dalam permainan bolavoli ?
JUMLAH
JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 8
MENGETAHUI, GURU MATA PELAJARAN
KEPALA SEKOLAH
............................................ ...............................................

MAKALAH PEMBINAAN PRESTASI DI SULAWESI TENGGARA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahkan melalui olahraga dapat dilakukan national character building suatu bangsa, sehingga olahraga menjadi sarana strategis untuk membangun kepercayaan diri, identitas bangsa, dan kebanggaan nasional. Berbagai kemajuan pembangunan di bidang keolahragaan yang bermuara pada meningkatnya budaya dan prestasi olahraga. Melalui pembinaan olahraga yang sistematis, kualitas Sumber Daya Manusia dapat diarahkan pada peningkatan pengendalian diri, tanggung jawab, disiplin, sportivitas yang pada akhirnya dapat memperoleh prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional. Oleh sebab itu, pembangunan olahraga perlu mendapatkan perhatian yang lebih proporsional melalui pembinaan, manajemen, perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis dalam pembangunan nasional.
Persaingan olahraga prestasi dewasa ini semakin ketat. Prestasi bukan lagi milik perorangan, tetapi sudah menyangkut harkat dan martabat suatu bangsa. Itulah sebabnya berbagai daya dan upaya dilakukan oleh suatu daerah atau negara untuk menempatkan atletnya sebagai juara di berbagai kegiatan olahraga besar.
Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang olahraga, pada bulan September 1981 pemerintah secara khusus mencanangkan program Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat. Seiring dengan ini dua tahun kemudian, tahun 1983 pemerintah membentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pemuda dan Olahraga (Kantor Menpora) dan pada tingkat daerah juga terbentuk Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) dengan tugas pokok antara lain melaksanakan dan mengkoordinasikan pembangunan olahraga.
Beberapa cabang olahraga banyak digemari masyarakat Sulawesi Tenggara, misalnya cabang olahraga sepak bola, bola volley, dayung, karate, pencak silat dan lain-lain. Dari besarnya antusias masyarakat tersebut tentu saja Sulawesi tenggara dapat mencapai prestasi maksimal baik tingkat nasional maupun internasional, akan tetapi prestasi itu belum bisa diwujudkan secara obtimal.
Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga dan meningkatkan prestasi untuk kemajuan pembangunan olahraga, beberapa permasalahan perlu diidentifikasi. Majunya olahraga suatu daerah atau bangsa bisa dilihat dari segi bagaimana manajemen dan pembinaan yang dilakukan. Disamping itu dilihat dari data prestasi 5 (lima) tahun terakhir (2006-2012) bisa dikatakan bahwa masih minimnya peran serta Sulawesi Tenggara dalam mengikuti Kejuaraan Nasional. Dengan adanya Undang-Undang  Sistem Keolahragaan Nasional harus dapat membawa dampak positif bagi masa depan olahraga di Indonesia, khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana Pola Pembinaan Olahraga Prestasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara"
B.     Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang telah dijelaskan beberapa masalah yang timbul dalam dunia olahraga khususnya olahraga prestasi, untuk itu dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut : Bagaimana olahraga di Provinsi Sulawesi Tenggara?, Bagaimana perkembangan olahraga di Provinsi Sulawesi Tenggara?, Sejauh mana kompetisi olahraga di Provinsi Sulawesi Tenggara?, Bagaimana pembibitan atlet di Provinsi Sulawesi Tenggara?, Darimana sumber dana yang diperoleh dalam pembangunan olahraga di Provinsi Sulawesi Tenggara?, Apa yang melatarbelakangi masyarakat Sulawesi Tenggara untuk berprestasi?, Bagaimana  pola pembinaan olahraga prestasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga di Provinsi Sulawesi Tenggara.
C.    Pembatasan Masalah
Melihat banyaknya masalah yang timbul seperti yang tertera pada identifiksi masalah di atas, maka peneliti membatasi pokok permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada Bagaimana Pola Pembinaan Olahraga Prestasi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga di Provinsi Sulawesi Tenggara.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana Pola Pembinaan Olahraga Prestasi di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara?.
E.     Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola pembinaan olahraga prestasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara.
F.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
1.      Sebagai salah satu masukan dalam usaha membina olahraga khususnya olahraga prestasi di Provinsi Sulawesi Tenggara.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pembinaan olahraga yang baik di Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.      Memberi informasi tentang faktor, kendala yang dihadapi dalam pembinaan olahraga prestasi.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Kerangka Teoritis
1.      Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Selain itu dalam pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan.
Olahraga dapat menjadi salah satu alat untuk mencapai kejayaan bangsa. Kejayaan olahraga nasional yang pernah ditorehkan Indonesia yaitu pada Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta dengan  menduduki peringkat kedua setelah Jepang. Namun beberapa tahun belakang ini, prestasi olahraga Indonesia mengalami keterpurukan. Bahkan di tingkat Asia Tenggara, prestasi Indonesia kurang menggembirakan. Prestasi olahraga Indonesia bukan semakin meningkat, tetapi justru sebaliknya semakin merosot. Merosotnya prestasi olahraga nasional tercermin dari peringkat Indonesia di ajang SEA Games. Terakhir kali Indonesia menjadi Juara umum SEA Games pada tahun 1997 di Jakarta.  Tahun 2011 kita kembali menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara dan telah berhasil merebut kembali gelar juara umum. Menjelang peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) inilah momentum yang tepat untuk kebangkitan olahraga nasional.
Untuk mendapatkankan atlet berprestasi, disamping proses latihan yang harus di jalankan dengan baik, perlu juga dibarengi dengan menciptakan kompetisi-kompetisi agar proses latihan yang diterapkan dapat diuji dan dievaluasi melalui kompetisi-kompetisi yang ada. Oleh karena itu semakin besar volume dan frekuensi kejuaraan/kompetisi, maka semakin besar peluang untuk menghasilkan atlet berprestasi.
2.      Peran Pendidikan Jasmani
Kompleksitas permasalahan keolahragaan masih ditambah dengan pandangan negatif pada sebagian pihak termasuk dari institusi pendidikan. Misalnya, mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga belum dapat memposisikan dirinya pada tempat yang terhormat, bahkan masih sering dilecehkan dan dianggap tidak penting apalagi pada masa-masa menjelang ujian akhir, mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga dihapuskan dengan alasan agar para siswa dalam belajarnya untuk menghadapi ujian akhir nasional  “tidak terganggu”.
Sungguh ironis apabila melihat pasal 25 UU SKN yang menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai suatu kesatuan yang sistematis dan berkesinambungan dengan Sistem Pendidikan Nasional. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga di sekolah merupakan tumpuan yang sangat vital dalam pembangunan sistem olahraga nasional, karena dari sekolah tersebut akan muncul bibit-bibit atlet potensial yang pada gilirannya akan menuju pada olahraga prestasi. Krisis pendidikan jasmani di tingkat institusi pendidikan ada hubungannya dengan krisis prestasi olahraga nasional. Peran penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah harus mendapat perhatian yang serius, mulai dari olahraga usia dini.
Walau pendidikan jasmani di sekolah bukanlah bertujuan menelurkan olahragawan prestasi, di lembaga itulah dibentuk dasar olahraga, yaitu pengajaran keterampilan gerak yang benar, motivasi berolahraga yang tinggi, dan identifikasi bakat sedini mungkin. Melalui peningkatan peran pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah, pola pembinaan dan pembibitan dalam olahraga dimulai. Pembinaan dan pengembangan olahraga perlu dilakukan secara komprehensif dan melibatkan IPTEK dalam pelaksanaannya.
Upaya mencapai efektivitas pembinaan olahraga juga dapat dilakukan dengan jalan pemassalan olahraga di masyarakat, serta adanya komitmen dari seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat untuk mensukseskan gerakan nasional olahraga dan tentunya mengimplementasikan UU SKN itu sendiri sebagai dasar sekaligus payung hukum pelaksanaan pembangunan olahraga nasional. Semoga uraian ini dapat menjadi bahan renungan yang harus diperhatikan oleh seluruh stakeholder olahraga, sekaligus menjadi tantangan ke depan dalam pembangunan olahraga nasional.
3.      Pendanaan
Pendanaan keolahragaan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sumber pendanaan keolahragaan ditentukan berdasarkan prinsip kecukupan dan keberlanjutan. Sumber pendanaan keolahragaan dapat diperoleh dari masyarakat melalui berbagai kegiatan berdasarkan ketentuan yang berlaku, kerja sama yang saling menguntungkan, bantuan luar negeri yang tidak mengikat, hasil usaha industri olahraga, dan/atau sumber lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengelolaan dana keolahragaan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Dana keolahragaan yang dialokasikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah dapat diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengaturan pajak bagi setiap orang yang memberikan dukungan dana untuk pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang perpajakan. Pandanaan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
4.      Sarana dan Prasarana
Istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kgiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a.       Peralatan (apparatus), adalah sesuatu yang digunakan, contoh : palang tunggal, palang sejajar, dan lain-lain.
b.      Perlengkapan (device), adalah :
Ø  Sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya : net, bendera       untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
Ø  Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya : bola, raket, pemukul, dan lai-lain.
Seperti halnya prasarana olahraga, sarana yang dipakai dalam kegiatan olahraga pada masing-masing cabang olahraga memiliki ukuran standar yang berbeda.
Secara umum prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefenisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disebutkan beberapa contoh prasarana olahraga seperti lapangan bola basket, lapangan tenis, gedung olahraga, dan lain-lain.
Semua prasarana olahraga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perlengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga disebut dengan fasilitas olahraga. Istilah fasilitas olahraga sudah mencakup pengertian prasarana dan sarana perlengkapan. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah fasilitas olahraga ini sudah popular.
Standarisasi sarana dan prasarana olahraga adalah hal penting dalam terlaksananya  suatu even olahraga. Standarisasi ini harus disesuaikan dengan standar dunia sesuai dengan cabang olahraga yang akan dilakukan. Tetapi yang menjadi masalah terkhusus di Indonesia, penerapan tentang standarisasi ini masih dibilang kurang karena ketersediaan alat dan lapangan yang akan dipakai dan dikelola masih belum memadai.
Standar keolahragaan nasional melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 pasal 81 meliputi :
a.       standar kompetensi tenaga keolahragaan;
b.      standar isi program penataran/pelatihan tenaga keolahragaan;
c.       standar prasarana dan sarana;
d.      standar pengelolaan organisasi keolahragaan;
e.       standar penyelenggaraan keolahragaan; dan
f.       standar pelayanan minimal keolahragaan.
Standar nasional keolahragaan sebagaimana dimaksud harus ditingkatkan secara berencana dan berkelanjutan. Standar nasional keolahragaan digunakan sebagai acuan pengembangan keolahragaan nasional. Pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar nasional. Keolahragaan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
B.     Pembinaan Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah olahraga yang harus dibina dan ditangani secara serius dan terpantau. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Dari data yang diperoleh cabang olahraga yang berprestasi di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi meliputi cabang olahraga atletik, pencak silat, gulat, karate, wushu dan tinju. Dan yang menjadi olahraga unggulan adalah cabang olahraga atletik, pencak silat, dan karate. Pembinaan yang dilakukan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi terhadap pengembangan olahraga prestasi yaitu masih belum optimal karena kekurangan tenaga kerja juga keterbatasan dana. Peran serta Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga terhadap perkembangan olahraga prestasi Kabupaten Dairi belum maksimal. Tetapi Dinas ini tetap mendampingi dan memantau setiap perkembangan prestasi hanya saja sumbangsih dinas ini belum maksimal.
Keterbatasan dana pemerintah menuntut cabang-cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan pemerintah perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta.  Para pemerhati olahraga Indonesia harus segera menyatukan suara dalam membangun olahraga di Indonesia. Salah satunya adalah menetapkan National Sport Policy yang akan menjadi acuan bersama, tanpa melihat siapa yang menjadi penguasaannya, serta menciptakan situasi konduksif untuk efisiensi dan efektivitas penerapan kebijakan olahraga itu sendiri. Olahraga di Indonesia berpeluang dalam industri olahraga, mengingat karakteristik masyarakat Indonesia yang masih memfavoritkan televisi sebagai media informasi dan hiburan, kunci itu ada di tangan televisi. Jangan kita mengabaikan peran para wartawan yaitu media cetak dan media elektronik lainya seperti radio dan internet yang makin global dan canggih sebagai kendaraan ampuh untuk memajukan aktivitas pendidikan jasmani  dan olahraga.
Model pembinaan bentuk segi tiga atau sering disebut pola piramid seharusnya berporos pada proses pembinaan yang bersinambung. Dikatakan bersinambung (kontinum) karena pola itu harus didasari cara pandang (paradigma) yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan pembibitan dengan program pembinaan prestasinya. Artinya, program tersebut memandang penting arti pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan jasmani yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya dalam kegiatan klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural dan idealnya tergodok dalam program kompetisi interskolastik, serta dimantapkan melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training camp bagi para bibit atlet yang sudah terbukti berbakat.
Dengan demikian,  corak ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang ditempuh dalam pembinaan olahraga di Indonesia umumnya, misalnya program PPLP dan Ragunan, yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan program olahraga rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak tertinggi dari model piramid. Yang ada bukan gambar pola piramid, tetapi lebih berupa gambar sebuah pencil (orang lebih suka menyebutnya sebagai flag pole model yang berarti model tiang bendera).
Secara tradisional, program pengajaran pendidikan jasmani digambarkan sebagai lantai dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang sering disebut sebagai bentuk piramid. Tepat di atasnya terdapat program olahraga rekreasi, atau lajim pula disebut program klub olahraga. Sedangkan di puncak segitiga terletak program olahraga prestasi.
Membangun strategi pembinaan olahraga secara nasional memerlukan waktu dan penataan system secara terpadu. Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak dapat bekerja sendiri tanpa sinergi dengan kelembagaan lain yang terkait dengan pembinaan system keolahragaan secara nasional. Penataan olahraga prestasi harus dimulai dari permasalahan olahraga di masyarakat yang diharapkan akan memunculkan bibit-bibit atlet berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah. Oleh karena itu penataan harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang sehingga hasil yang dicapai merupakan produk yang sangat optimal.
Untuk dapat menggerakkan pembinaan olahraga harus diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat mengikutsertakan atau memberi kesempatan seluas - luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga yang seperti ini hanya dapat terselenggara apabila ada suatu system pengelolaan keolahragaan nasional yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan dalam semangat kebersamaaan dari seluruh lapisan masyarakat.
Pembinaan atlet usia pelajar sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga prioritas. Hal ini bias dilihat dari berbagai cabang olahraga yang merupakan andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara berjenjang. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan program pembibitan atlet dari usia dini dengan cabang olahraga yang menjadi prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu melakukan kerja sama antara Menteri  Pemuda dan Olahraga dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat serta Induk Organisasi Cabang Olahraga untuk membicarakan cabang-cabang olahraga yang menjadi prioritas utama baik di daerah, nasional, maupun Internasional.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembinaan olahraga dan pembangunan olahraga baik di daerah maupun nasional, seperti :
a.       Adanya kesadaran secara umum bahwa gerakan nasional olahraga ini untuk tujuan dan kepentingan nasional.
b.      Adanya semangat kebersamaan (gotong royong) dari seluruh pihak yang terkait.
c.       Adanya kebijakan dan program yang terencana, terpadu, dan terkoordinasi dalam implementasinya.
d.      Adanya wadah atau wahana koordinasi di tingkat daerah maupun nasional yang memungkinkan terbangunnya system pengelolaan keolahragaan nasional secara terpadu dan berkesinambungan.
e.       Adanya komitmen dari seluruh pihak baik masyarakat maupun pemerintah untuk menyukseskan gerakan pembanguan olahraga nasional.
Keberhsilan prestasi olahraga nasional tidak lepas dari aspek-aspek lain yang mendukung sistematis pembinaan yang mengerucut. Pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 dalam pasal 17 menyebutkan tentang ruang lingkup olahraga meliputi 3 (tiga) bentuk kegiatan olahraga yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Rekreasi, Olahraga Prestasi. Dan pada kali ini peneliti hanya menyoroti tentang olahraga prestasi.
Olahraga prestasi adalah olahraga yang harus diperhatikan dan ditangani dengan serius karna dalam olahraga prestasi semua aspek harus seimbang dan sejalan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan olahraga prestasi, antara lain:
a.       Identifikasi Pemanduan Bakat
Atlet yang berhasil adalah mereka yang memiliki kualitas unggul, tidak saja fisik tetapi juga psikis. Setelah bakat ditemukan, perlu dipandu dan dikembangkan menjadi sesuatu yang aktual dengan menggunakan ilmu dan teknologi.
b.      Pembinaan Berjenjang dan Berkelanjutan
Pembinaan harus dilakukan secara terus menerus dan berjenjang dengan memperhatikan input atlet yang akan masuk ke dalam pembinaan. Diperlukan metode tertentu untuk mendapatkan atlet potensial dengan tidak meninggalkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.       Pemberdayaan Semua Jalur Pembinaan
Pendayagunaan semua sumber daya harus dilakukan dan menjadi bagian yang diprioritaskan dalam pelaksanaan pembinaan.
d.      Prioritas Cabang Olahraga
Untuk meningkatkan efektivitas pembinaan olahraga terkhusus olahraga prestasi diperlukan keberanian untuk membuat keputusan dalam hal penetapan prioritas cabang olahraga yang akan dibina. Dengan adanya prioritas tentu aja pembinaan yang dlakukan harus difokuskan tanpa mengabaikan cabang olahraga yang lain.
e.       Penetapan Standar Kualitas
Dalam ruang lingkup olahraga prestasi harus bisa menetapkan standar kualitas semua pihak. Dalam hal meningkatkan daya saing diperlukan peningkatan upaya dan kekuatan komponen-komponen strategis, seperti peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas termasuk pelatih, guru, manajer, instruktur dan yang lainnya.
f.       Investasi dan Implementasi IPTEK
Kedudukan IPTEK olahraga perlu diberdayakan dengan menitikberatkan pada proses pembinaan dan evaluasi disamping peningkatan kemampuan dan riset di bidang olahraga. Peran IPTEK sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi.
g.      Sistem Jaminan Kesejahteraan dan Masa Depan
Penyediaan dan penerapan sistem penghargaan bagi atlet dan pelatih perlu dioptimalkan. Secara prinsip pembinaan atlet perlu disertakan dengan perencanaan karir terutama setelah mereka tidak aktif lagi sebagai atlet. Jaminan hidup akan memotivasi setiap atlet untuk berprestasi.
Dalam hal melakukan pembinaan olahraga prestasi tentunya harus didukung dengan manajemen yang baik. Menurut Hasibuan (2006 ; 40) fungsi-fungsi pokok manajemen sebagai salah satu kelompok sebagai berikut:
1.      Perencanaan (Planning), yaitu proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternafit - alternatif yang ada.
Adapun yang menjadi fungsi pokok dari bagian perencanaan adalah:
a.       Menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan yang efektif dalam pencapaian tujuan.
b.      Menjadikan tindakan ekonomis agar semua potensi yang dimiliki terarah kepada pencapaian tujuan.
c.       Memperkecil resiko yang dihadapi pada masa yang akan dating.
d.      Kegiatan - kegiatan dilakukan secara teratur dan bertujuan.
e.       Memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang seluruh pekerjaan.
f.       Membantu penggunaan suatu alat pengukuran hasil kerja.
g.      Menjadi suatu landasan untuk pengendalian.
h.      Usaha untuk menghindari mismanagement.
i.        Meningkatkan daya guna dan hasil guna organisasi
2.      Pengorganisasian (Organizing), yaitu suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakakn alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang  yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas ini.
                        Adapun yang menjadi fungsi pokok:
a.       Menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa
b.      Menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan
c.       Pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan
d.      Penempatan departemen-departemen (subsistem) serta penentuan hubungan-hubungan
3.      Pengisian Jabatan (Staffing), adalah kegiatan untuk memperoleh karyawan yang efektif yang akan mengisi jabatan - jabatan yang bertujuan agar semua jabatan ada pejabatnya yang akan melaksanakan tugas - tugas pada setiap jabatan sehingga sasaran dapat tercapai.
                        Adapun fungsi dari staffing ini adalah:
a.       Melakukan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan orang yang tepat sesuai dengan kebutuhan
b.      Mencari dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau mengisi jabatan yang masih kosong
c.       Melakukan pemilihan dan penentuan jabatan  sesuai dengan kemampuan
d.      Melakukan penempatan pada jabatan tertentu sesuai dengan uraian pekerjaan dan klasifikasi pekerjaannya
e.       Melakukan pemutusan hubungan kerja sesuai dengan prosedur yang ada.
4.      Penggerakan (Actuating), yaitu kegiatan menggerakkan semua bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
            Fungsi pokok :
a.       Melakukan pembinaan kerja sama, mengarahkan, dan mendorong gairah para pekerja dengan memahami tingkah lakunya
b.      Menjaga hubungan yang harmonis yang didorong oleh kebutuhan dan kepentingan bersama untuk memperoleh pendapatan, keamanan, kekuatan, dan lain sebagainya
c.       Menjaga komunikasi tetap baik agar perintah, laporan, informasi, berita, saran dapat berjalan dengan baik
d.      Gairah kerja, produktifitas kerja, dan proses manajemen akan berjalan dengan baik jika tipe, gaya, cara kepemimpinan yang diterapkan atasan baik.
5.      Pengendalian (Controlling), yaitu kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan.
            Fungsi pokok:
a.       Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian
b.      Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai
c.       Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada
d.      Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana
e.       Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawas
Jadi manajemen dapat disimpulkan sebagai pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang lain untuk bekerja.
C.    Kerangka Berpikir
Pengembangan dan pembangunan olahraga daerah maupun nasional didasarkan pada kesadaran serta tanggung jawab segenap warga negara akan hak dan kewajibannya dalam upaya untuk berpartisipasi guna peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui olahraga sebagai kebiasaan dan pola hidup, serta terbentuknya manusia yang sehat secara jasmani, bugar, memiliki watak kepribadian, disiplin, sportivitas, dan dengan daya tahan yang tinggi akan dapat meningkatkan produktivitas, etos kerja dan prestasi.
Pembinaan yang baik adalah gambaran terlaksananya atau tidak sistem manajemen suatu tempat atau daerah. Dengan adanya  pembinaan olahraga yang sistematis, kualitas SDM dapat diarahkan pada peningkatan pengendalian diri, tanggung jawab, sportivitas, prestasi, disiplin yang tinggi yang mengandung nilai transfer bagi bidang lainnya. Berdasarkan sifat-sifat itu, pada akhirnya dapat diperoleh peningkatan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional dan ketahanan nasional secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pembangunan olahraga perlu mendapatkan perhatian yang lebih proporsional melalui pembinaan, manejemen, perencanaan, dan pelaksanaaan yang sistemtis dalam pembanngunan nasional.
Salah satu usaha untuk membangun olahraga  prestasi di Indonesia khususnya daerah adalah dengan membuka Dispora. Terkhusus di Kabupaten Dairi semoga Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga bisa berkembang sehingga terbentuk Dinas Pemuda dan Olahraga supaya penanganan terhadap pemuda dan olahraga bisa difokuskan dan tentunya Kabupaten Dairi lebih maju lagi baik di bidang kepemudaan maupun di bidang olahrga sehingga pembinaan olahraga bisa berjalan dengan baik dan tentunya bisa mengirimkan atlet-atlet mengikuti event-event olahraga baik di tingkat nasional maupun internasional. Yang tentunya dengan lembaga ini diharapkan akan dapat membina dan membangun olahraga untuk mencapai cita-cita bangsa mencapai prestasi mendunia.








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka peneliti mengambil lokasi penelitan di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013.
B.     Populasi Dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik keisimpulannya ( Sugiono, 2010 : 117). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Staf yang berjumlah…..orang yang ada di Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Tenggara.
2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ( Sugiono, 2010 : 118). Maka yang dijadikan sebagai sampel adalah manajer level menengah sebanyak 3 orang yang terdiri dari  kepala bidang pemuda, kepala bidang olahraga, dan kepala seksi olahraga prestasi.
C.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Dengan mendapatkan informasi tentang bagaimana pola pembinaan olahraga prestasi yang dilakukan oleh Dinas Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Tenggara.

D.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah in-dept interview dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan tape recorder terhadap pihak dinas, dan mengumpulkan data atau kegiatan yang Dinas Pemuda dan Olahraga. Adapun kisi-kisi wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut :
TABEL KISI-KISI WAWANCARA
NO
INDIKATOR
SUB INDIKATOR





A.








Pembinaan olahraga prestasi
1.      Identifikasi pemanduan bakat
2.      Pembinaan berjenjang dan berkelanjutan
3.      Pemberdayaan semua jalur pembinaan
4.      Prioritas cabang olahraga
5.      Penetapan standar kualitas
6.      Investasi dan Implementasi Iptek
7.      Sistem jaminan kesejahteraan dan masa depan
B.
Pola Pembinaan
1.      Perencanaan
2.      Pengorganisaian
3.      Pengisian Jabatan
4.      Penggerakan
5.      Pengawasan
C.
Sarana dan Prasarana
Fasilitas atau alat-alat pendukung
D.
Pendanaan
1.      Sumber dana
2.      Pengelolaan dana